Rabu, 29 Juli 2015

8 Pintu Surga Terbuka untuk Anda, Duhai Wanita

Dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda, "Jika wanita telah mengerjakan shalat 5 waktu, berpuasa sebulan penuh (pada bulan Ramadhan), menjaga kesuciannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya masuklah engkau ke surga dari pintu mana saja yang engkau inginkan".

Mengapa hanya disebutkan shalat dan puasa? Karena shalat merupakan tiang agama, dan amalan pertama yang akan dihisab di akhirat. Jika shalatnya baik, maka amalan lain pun pasti akan baik. Lalu puasa, puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Orang berpuasa dosanya akan diampuni, dibukakan pintu ar-Rayyan untuknya, dan doa orang berpuasa mustajab. Terus mengapa tidak disertakan rukun Islam yang lainnya? Karena kebanyakan wanita tidak mencari nafkah sendiri, sehingga wanita tidak memiliki harta yang wajib dizakati dan melaksanakan ibadah haji.

Selanjutnya adalah menjaga kesucian. Kesucian adalah harta termahal yang dimiliki seorang wanita. Oleh karena itu wanita harus menjaga kehormatannya ketika suami tidak berada di sampingnya, membatasi diri dalam berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, untuk menghindari fitnah.

Kemudian menaati suaminya. Hal ini diperkuat dengan hadits lain, masih dari sahabat Abu Hurairah, "...Seandainya sesorang pantas bersujud kepada orang lain, sungguh akan kuperintahkan seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami yang telah diwajibkan oleh Allah atasnya". Tentu ketaatan kepada suami disini adalah dalam perkara makruf.

Mungkin wanita zaman sekarang yang sudah diracuni teori emansipasi, termasuk saya, bertanya-tanya mengapa begitu besar hak suami sehingga istri patut untuk bersujud kepadanya? Maka Allah menjawab dalam firman-Nya, "Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Oleh sebab itu wanita yang salihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka". (QS. An-Nisa:34)

Betapa gembiranya hati manakala diri tersanjung dengan janji Rasulullah Saw. Bayangkan saja, tidak semua orang yang masuk ke surga bisa memasukinya melalui semua pintu yang berjumlah 8. Namun ternyata, 8 pintu surga itu terbuka untuk wanita. Bukankah ini adalah sebuah kemuliaan, wahai para muslimah?

Sumber: Majalah Muslimah Qonitah. "Sosok Wanita Pendamba Surga". Edisi 21/ vol. 02/1436H-2015M.

Minggu, 26 Juli 2015

Mengecap Manisnya Iman dalam Berteman

Yunus bin 'Abdil A'la berkata, "Asy-Syafi'i berkata kepadaku, wahai Yunus jika engkau punya seorang sahabat yang senantiasa membantumu untuk taat kepada Allah, peganglah erat-erat dirinya. Sebab mendapatkan sahabat yang seperti itu sangatlah sulit, sedangkan melepaskannya amatlah mudah".

Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada satupun perkara yang dibutuhkan seorang hamba dalam meraih maslahat hidup yang belum tersinari cahaya Islam. Tak terkecuali urusan memilih teman. Islam memiliki perhatian besar terhadap urusan ini. Teman memiliki peranan yang sangat besar dalam mengubah kehidupan seseorang. Tidak sedikit orang yang berubah watak, karakter, dan akhlak karena pengaruh teman. Tidak sedikit pula orang yang rusak agamanya karena pengaruh teman. Kalau teman kita baik, sangat diharapkan kehidupan dunia dan akhirat kita juga baik. Namun jika teman kita buruk, jangan terlalu berharap kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Betapa banyak diantara kita yang tidak mendapatkan teman yang baik. Akhirnya mereka pun hidup dalam kesenangan yang semu, menipu, dan fana. Sungguh, manusia itu makhluk yang lemah. Semakin lemah dan semakin lemah keadaannya ketika dia berjalan seorang diri, sementara godaan datang silih berganti. Ujian berupa syubhat dan syahwat terus menyambar kalbunya. Dia sendiri menghadapi ujian tersebut tanpa orang lain yang mengingatkannya. Kira-kira mampukah dia menjalani hidup di atas ridho Allah?

Pada persahabatan sejati, tidaklah seseorang mencintai saudaranya kecuali karena Allah. Ketika harus memberi, ia memberi karena Allah. Demikian pula ketika harus menahan pemberian, ia menahannya karena Allah. Hal ini seperti yang telah dikatakan Rasulullah Saw. bahwa salah satu dari 7 golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali dari sisi Allah adalah, "Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu dan berpisah karena Allah".

"Seseorang itu bergantung pada agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya". (HR. Al-Imam Ahmad 2/303, 334, Abu Dawud no. 4812, at-Tirmidzi no. 2484)

Ingatkah kita dengan kisah paman Rasulullah Saw., Abu Thalib? Abu Thalib meninggal di atas kekafiran dan kekal di dalam neraka, padahal hidupnya dipenuhi dengan jasa besar, membela dan melindungi Rasulullah Saw.

Pada detik-detik menjelang kematiannya, Rasulullah Saw. mengatakan, "Wahai pamanku ucapkanlah La ilaha ilallah, kalimat yang dengannya aku membelamu kelak di sisi Allah". Namun sebelum Rasulullah datang, di sisi Abu Thalib telah bercokol Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl. Kedua orang ini terus-menerus menggembosi ajakan Rasulullah Saw. dan membangkitkan semangat fanatisme terhadap ajaran nenek moyang. Keduanya mengatakan, "Apakah engkau benci terhadap agama Abdul Muththalib?" Akhirnya Abu Thalib enggan mengucapkan La ilaha ilallah, dan mati di atas agama Abdul Muththalib (HR. AL-Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah memilihkan untuk kita teman yang saleh, teman yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yang dengannya kita menjalin pertemanan yang tidak akan putus ditelan zaman, pertemanan yang dibangun di atas kecintaan karena Allah, teman yang akan berkumpul dengan kita di dalam ridho dan surga-Nya. Amin.

Sumber: Majalah Muslimah Qonitah. "Mengecap Manisnya Iman dalam Berteman". Edisi 22/vol. 02/1436H-2015M

Rabu, 15 Juli 2015

Ketika Aku Bertanya

Dulu aku pernah bertanya
Tapi tak kunjung mendapatkan jawaban
Hanya karena satu kata, "ragu"
Akhirnya aku menduga
Menduga-duga dengan persepsiku
Namun kini, semua pertanyaan itu terjawab dengan sendirinya
Tapi aku hanya terdiam kaku
Karena satu kata, "bimbang"
Bimbang karena aku adalah manusia
Manusia dengan kodratnya sebagai hamba
Sekaligus sebagai makhluk yang memiliki cinta
Kini akupun kembali bertanya
Sampai kapan aku akan bertahan
Sampai kapan aku akan terdiam
Apakah kisah ini akan berakhir begitu saja
Dan akan menggantung tak berujung
Atau... entahlah aku tak mampu mengatakannya
Terlalu rumit dan sulit

~Buanariksa~