Senin, 07 November 2016

Karena Masalah Hati itu Ga Bisa Dibercandain

Pernah denger ga orang tua zaman dulu berkomentar kaya gini, beda yah anak zaman dulu dengan sekarang. Dulu mah kalau mau menyatakan cinta teh penuh banget perjuangan. Nyiapin mental dengan sebegitunya, karena ngomongnya secara langsung face to face. Sekarang mah lewat sms, telpon, chat, bahkan ga kenal dan ga pernah ketemu pun bisa tiba-tiba jadian.

Dulu mah cowok itu ga banyak alasan buat segera datang ke rumah, ketemu orang tua si cewek untuk menunjukkan keseriusan. Lah sekarang? Kalo ngapel ngajaknya maen keluar mulu, kalo nganterin pulang ga pamit dulu sama orang tua. Ga mau banget kayanya ketemu sama orang tua teh, dunia emang cuma milik berdua doang yaaa.

Maka jangan heran kalo banyak orang bilang, "Sekarang mah susah nyari yang serius, pengennya having fun aja". Udah terlalu asik menjalani hubungan tanpa komitmen membuat orang lama-kelamaan jadi miskin komitmen dan miskin tanggung jawab. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya meme-meme atau selentingan orang yang ngomong kalo cowok itu suka banget nge-php-in, ngegombalin, ngemodusin, ngeduain, ngeselingkuhin, dan nge-nge yang sejenis lainnya. Emang susah banget yaa kalo berkomitmen ke 1 cewek aja, emang susah banget yaa kalo jaga sikap ke cewek lain? Sebenarnya bukan cowok aja sih, cewek juga banyak yang begitu. Mungkin ingin balas dendam, karena udah keseringan jadi korban hahaha.

Aku sebenarnya suka ga paham sama orang-orang yang ngejadiin "cinta, hati, perasaan" sebagai bahan candaan. Coba kita bisa lihat video-video "lucu" di instagram atau youtub. Misal, ada cowok yang ngegombalin cewek, atau bahkan ada orang nembak terus pas diterima/ditolak bilangnya "Lah jangan terlalu serius jadi orang, itu kan cuma bercanda keleeees!" Atau "April moooop!!" Duh ga lucu banget aslinya. Okey, ga masalah kalo kamu ngegombalin orang yang memang udah fix jadi pasangan kamu, yang bahaya itu adalah kalo kamu ngegombalin orang yang masih menjadi orang lain. Ini nih bukti miskinnya tanggung jawab dari apa yang sudah dilakukan. Seolah-olah lari dari kenyataan. Kenapa? Karena kalo ada apa-apa kamu bisa bilang, "Kamu teh kenapa kan kita cuma temenan?" Pria sejati adalah pria yang bertanggungjawab, bro!

Ini bukan masalah baper atau ga baper, ini masalahnya hati loh gengs. Kamu pernah ngerasain gimana rasanya dipermainkan? Nah ituuuu. Okey bercanda, tapi ga semua hal bisa dibercandain. Hati itu sifatnya sensitif, apalagi buat cewek. Hati itu sifatnya abstrak, kalo sakit, cara ngobatinnya mau gimana coba? Pernah denger kan pepatah tentang wajibnya menjaga lisan. Kenapa? Karena,


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayolah, bagaimanapun cewek itu lebih seneng diseriusin daripada cuma dimodusin. Atau mungkin kamu perlu belajar lagi untuk membedakan kebahagiaan yang sifatnya "fana" dan "selamanya".

Senin, 31 Oktober 2016

Tiba-tiba Datang dan Tiba-tiba Pergi dengan Sesuka Hati

Kadang sulit dimengerti, satu sisi aku tahu kamu seperti apa. Pria yang sering mengabaikanku, membuatku tak menentu, dan menunggu dalam ragu.

Berkali-kali aku mencoba untuk berpaling, mencoba untuk melupakanmu. Tapi berkali-kali pula kamu datang membawa ketidakpastian. LAGI!

Dan... entah mengapa aku selalu tak berani menolak kedatanganmu. Padahal aku tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tak akan jauh dari waktu itu. Tiba-tiba datang dan tiba-tiba pergi dengan sesuka hati. Tak bisakah kau tetap disini lebih lama lagi?

Aku selalu merasa kamu memiliki rasa yang sama, meski pada kenyataannya tidak. Aku selalu berharap kedatanganmu kali ini tidak akan seperti dulu. Kamu akan benar-benar datang, menetap untuk waktu yang lama, dan tak akan pergi lagi.

Tapi... sudahlah, tak banyak yang aku harapkan darimu. Aku tahu kamu tak pernah berniat untuk benar-benar menetap. Kamu selalu datang, kemudian pergi. Terus saja seperti itu. Entah sampai kapan.

Dan... entah sampai kapan pula aku benar-benar berhenti memikirkanmu.

Senin, 15 Februari 2016

Sudah Ingin Menikah atau Sudah Siap Menikah?

"Riksa, sudah siap menikah? Siap dan pengen itu beda yaa :)"

Kurang lebih seperti itulah pertanyaan yang dilontarkan murabbi kepadaku (pementor). Sederhana, tapi ngena. Mungkin sebagian orang menganggap 'siap' itu adalah sudah matang usianya, mapan finansialnya, sudah terkumpul modalnya (emang mau buka usaha), sudah lulus kuliahnya (sejak kapan syarat nikah harus lulus kuliah dulu), dan lain sebagainya. Memang benar, tapi ada yang lebih penting dari itu, apa? 'Ilmu'.

Jika ingin menjadi guru, dokter, dan polisi saja ada sekolahnya, masa untuk menjadi seorang istri/suami gak ada sekolahnya? Sekarang sih ada yang namanya sekolah pra nikah seperti di Salman ITB dll, fikih nikah juga udah banyak dicetak dalam bentuk buku. So jangan khawatir, zaman sekarang mah apapun yang kita butuhkan udah disediakan, tinggal kitanya mau/engga.

Kalau aku, selain baca buku, les juga sama ibu. Mulai dari belajar masak, beres-beres rumah, mengatur keuangan, sampe cara menawar barang kalo lagi belanja ke pasar. Tapi aku orangnya moody-an, kalau udah datang rasa males, yaudah jadi males ngapa-ngapain. Males masak, males beres-beres, males tidur, males makan, untung gak males nafas.

Di rumah aku punya 2 orang adik dan 1 orang ayah. Mereka semua laki-laki. Kata ibu, sebelum kamu menghadapi suami, belajar dulu menghadapi ke-3 laki-laki itu. Kalau masih sering berantem, artinya kamu belum lulus. Yaa itung-itung simulasi kali yaa.

"Adik-kakak yang terlahir dan dididik oleh orangtua yang sama saja pasti banyak berantemnya, entah itu karena beda pengertian atau beda keinginan. Apalagi dengan pasangan nanti, yang terlahir dan dididik oleh orangtua yang berbeda." -Ibu

Kaki itu sepasang, ada kanan dan kiri. Mereka hidup saling berdampingan, dan melangkah dengan tujuan yang sama, yaitu ke depan. Meski begitu, bukan berarti kaki kanan dan kiri harus melangkah secara bersamaan (seperti langkah pocong). Tetap saja, kalau kaki kanan di depan, kaki kiri di belakang, dan begitu seterusnya bergerak secara bergantian. Artinya, meski suami dan istri memiliki tujuan yang sama, tapi prakteknya tidak harus sama semuanya. Masing-masing punya cara, hargai saja. Selagi apa yang dilakukan tidak melanggar syari'at.

Rel kereta api itu ada 2 sisi yang saling berdampingan. Dari dulu, mereka tidak pernah bersatu (paanggang) *kalau bersatu, bukan rel namanya tapi batang besi biasa. Karena mereka tidak bersatu itulah yang menyebabkan kereta api bisa berjalan dan sampai ke tujuannya. Begitu pula dengan hubungan suami dan istri. Meski hidup bersama, cara pandang dan cara berpikir mereka belum tentu sama.

"Menikah itu menyatukan 2 karakter, 2 pola pikir, dan 2 latar belakang"

Selain menyatukan 2 orang, menikah juga menyatukan 2 keluarga. Banyak film-film yang menceritakan perihal kehidupan mertua & menantu. Uniknya, karakter mertua itu selalu menggambarkan orang yang nyebelin, cerewet, banyak ikut campur, jahat, dsb. Jujur saja, kasus-kasus seperti itu membuat aku jadi parno sendiri. Memang hanya film, tapi film juga kan terinspirasi dari kisah nyata, hanya lebih didramatisir aja.

Hmmm sekarang kan aku kuliah di Bandung, aku punya ua yang tinggal di Bandung juga. Kalau weekend aku sering pulang ke sana. Lagi-lagi simulasi, kata ibu aku harus belajar memposisikan diri sebagai seorang menantu yang sedang tinggal di rumah mertuanya. Seperti jangan tidur lagi kalo udah sholat subuh, bantuin beres-beres rumah, bantuin masak, bantuin ngabisin makanan (yang ini bonus).

Selain ilmu, persiapan mental juga gak kalah penting. Jangan mentang-mentang sekarang banyak publik figur (bukan artis doang yaa) yang menikah muda, banyak meme yang manas-manasin kita buat segera menghalalkan/dihalalkan si dia, atau mungkin lingkungan teman-teman kita sudah banyak yang menikah juga. Akhirnya semua itu membuat kita jadi gak mau ketinggalan dan ingin ikut-ikutan. Padahal secara pribadi, mental kitanya mah belum siap sama sekali. Waaaah itu juga bahaya. Ternyata menikah tidak semudah beli bala-bala di Mak Konih yaaa.

Sekarang usiaku sudah menginjak 21, menurut ilmu Psikologi yang kupelajari, usia 21 itu termasuk ke dalam kategori dewasa dini, dengan tugas perkembangannya adalah mencari pasangan hidup dan membina rumah tangga. Jadi yaa emang udah saatnya hehehe. Entahlah, manusia hanya bisa berdoa dan berencana, Allah yang menentukan. Semoga Allah memberikan kebaikan untuk kita di mana pun juga dan menjadikan kita ridha menerimanya. Aamiin :)

Jumat, 12 Februari 2016

Kau, Jawaban atau Hanya Sebatas Ujian

Skenario Allah itu selalu indah, meski kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan apa yang akan terjadi dengan kita di kemudian hari. Tak apa, karena aku selalu menunggu kejutan-kejutan manis dari-Nya. Apa pun itu, aku selalu percaya bahwa endingnya pasti akan happiness.

Dan kamu, iya kamu. Aku mohon menjauhlah, karena aku mulai memikirkanmu. Aku tahu ini hanya ilusi, tidak pasti. Masih mengawang-awang, dan tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Hidup memang teka-teki. Apa hanya aku yang merasakan ini? Bagaimana denganmu?

Kau harus tahu, bagaimana rasanya meminta keyakinan dalam mengambil sebuah keputusan. Setelah aku yakin, tiba-tiba kau datang membawa sebuah cerita yang ingin dibagi. Mungkinkah ini jawaban? Atau hanya sebatas ujian?

Jika memang ujian, tolong pergilah! Pergi jauh-jauh dan jangan kembali lagi. Jangan menggangguku, jangan mengganggu pikiranku. Agar aku bisa fokus untuk ikhlas, agar jawaban yang sebenarnya bisa datang dalam keadaan hati yang sedang lapang. 

Kamis, 04 Februari 2016

Kenapa Suka Nulis Meski Gak Suka Baca?

Kenapa aku suka nulis? Kenapa yaaa, padahal aku gak suka baca buku, kecuali buku pelajaran, itu pun setiap mau UTS sama UAS doang, terpaksa lagi. Nih yah, saking gak suka baca, ibuku selalu bilang,

"Riksa coba deh ditarget, sehari 1/2 jam aja buat baca buku. Atau nih, ibu udah menandai judul-judul yang penting buat kamu baca. Jadi kamu baca yang udah ibu tandai aja!"

Boro-boro 1/2 jam, 5 menit kemudian buka gadget, 5 menit berikutnya lapar pengen ngemil, 5 menit berikutnya lagi ada acara keren di TV, gimana mau fokus? Sekalinya lulus 1/2 jam, gak istiqomah, paling cuma bertahan 1-2 hari, hari berikutnya kembali lagi ke alam jahiliyah. 

Aku tuh kalo baca buku pilih-pilih banget, kalo emang judul sama visualisasinya menarik dan cocok sama aku sih semangat banget buat baca. 1-2 hari juga bisa beres. Paling suka itu kalau bukunya bercerita perihal cinta, kehidupan berumahtangga, sama cara mendidik anak *eh 

Berawal dari nulis diari kali ya. Sejak SD aku emang suka banget nulis diari, mulai dari nyeritain temen yang nyebelin, cinta monyet, atau karena dimarahin ibu sampe gak dikasih uang jajan seminggu. Sekarang juga masih ada tuh diari zaman SD, kalau baca lagi rasanya pengen muntah. Alay banget tauuuuuu, parah ternyata aku pernah sealay itu.

Tapi kalau dipikir-pikir, bakat nulis aku tuh sebenarnya diwarisi dari ibu sama papah. Aku baru nyadar ketika ibu ngasih surat saat aku berulang tahun, gileeeee itu suratnya puitis banget, bikin nangis bombay. Kalau papah, dulu pas masih SD kan ada tugas bikin puisi tuh dari guru, nah aku minta diajarin sama papah. Meski ujung-ujungnya bukan diajarin tapi dibikinin *eh. 

Jumat, 22 Januari 2016

Terimakasih Sudah Membuka Mataku untuk Berhenti

Kita tak pernah tahu kapan, dimana, dan kepada siapa cinta ini akan berlabuh. Perasaan itu datang dengan sendirinya, entah sejak kapan dan akan sampai kapan. Meski aku menolak dengan segala upaya. Meski logika dan realita tak ada yang merestuinya. Hati ini tetap saja berdebar setiap kali berada di dekatnya.


Aku pernah sangat kecewa disaat aku sedang sangat berharap. Hingga aku sempat berterima kasih karena dia sudah membuka mataku untuk berhenti. Aku pun mulai terbiasa menjalani hari tanpa ada bayang-bayang yang mengikuti. Lagi. Memang bukan hal yang mudah, melupakannya dalam beberapa hari.

Tak dapat dipungkiri, sejujurnya perasaan itu masih saja hilang timbul. Setidaknya selama aku belum menemukan pengganti. Tak habis pikir, kenapa aku bisa mencintainya dengan cara yang seperti ini. Tapi aku tak pernah menyesal, kenapa Tuhan mempertemukan kita. Karena akan selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kisah.

Selasa, 19 Januari 2016

Kenalin, Aku Riksa

Kenalin, aku Riksa, aku bukan ISIS. Panggilanku banyak, tapi aku bukan cewek panggilan. Tiap orang beda-beda panggilan sayangnya, mulai dari riksa, ririk, lilik, iik, urik, burik, buana, buaya, iguana, dewi, dedew, ica, caca, umi, rikes, syadut, oding, odading, alay. Gimana, keren kan? Bukannya sombong sih, cuma mau pamer doang *eh sama aja ya?

Sekarang Riksa lagi kuliah di semester 5. Doain, tahun depan jadi S. Psi yaa. Amiin. Kata orang, si Riksa ini jomblo loh. Karena kelamaan ngejomblo, temen-temen kosan suka ngejodohin dia sama Aa Oe (galon), Abang (warung), dan Mamang Soto. Padahal mereka udah pada punya istri loh, dan si Riksa sama sekali gak berminat buat jadi istri kedua.

Oia, perihal Abang. Sudah merupakan ritual wajib bagi Riksa jajan ke Abang setiap malam. Gak ada yang mau dibeli pun, pokoknya harus jajan ke Abang, setidaknya buat beli beng-beng sebiji. Kalo males, biasanya Riksa nyuruh orang lain buat jajan ke Abang, biar bisa nitip. Kan cerdas hahaha.

Riksa itu paling gak bisa diem, gak bisa sendiri, pengennya mengembara keliling ke tiap kamar. Yaa itung-itung silaturrahmi sambil minta cemilan kan lumayan. Dari sekian kamar yang dikunjungi, Riksa paling betah nongkrong di kamar Aci. Aci's sinema (tempat nonton film), Aci's studio (tempat foto-foto), Aci's warnet (tempat inernetan ngerjain tugas), Aci's warteg (tempat makan). Lengkap lah pokoknya, semua ada di kamar Aci.

Riksa itu orangnya paling gak tegaan kalo liat makanan dibuang. Makanya, temen-temen kosan udah pada tau, kalo ada makanan yang gak kemakan, kasih aja ke Riksa, dia pasti nampung kok. Kan daripada masuk tong sampah, mending masuk ke perut Riksa.

Riksa itu kalo belajar kaya orang lagi pidato, ngagandengan saeusi kosan. Maklum, matkul psikologi kan teori mulu, jadi belajarnya yaa pidato mulu. Kalo udah lelah, Riksa biasanya suka tiba-tiba nyanyi,

"Kamu berbohong, dasar tukang bohong, kamu lukai, korban KDRT" (pake nada lagu Aku Cuma Punya Hati)

Tapi nyanyinya cuma 1 bait, abis itu lanjut lagi belajar. Yaa itung-itung selingan, iklan lewat.

Riksa itu orangnya pemalas. Saking malasnya nyuci piring, mending masak aja, biar temen yang kebagian nyuciin piring. Paling males itu beresin kamar, makanya kamar si Riksa selalu berantakan. Kalo menurut aku sih bukan berantakan, tapi seni *alesan doang. Kemalasan Riksa itu udah teramat sangat akut. Masa mau makan pedes aja males, males seuhah-seuhahna. Masa buat tidur aja males, soalnya harus ritual dulu. Cuci muka dulu lah, gosok gigi dulu lah, belum lagi kalo pake night cream. Beuuuuh.

Tiap pulang ngampus, si Riksa hobi banget ngabsenin nama-nama penghuni 35 bawah, mulai dari kamar yang paling deket pintu sampe kamar yang paling deket WC. Biasanya sambil nyanyiin lagu kebangsaan. Contoh,

"Rima munaroh, kenapa engkau naroh, macam mana Rima tak naroh, gawe hitut wae, gawe hitut wae" (pake nada lagu upin-ipin)

Selain punya lagu kebangsaan, Riksa juga punya jargon terbaru yang sering diucapin meski konteksnya gak nyambung, apapun obrolannya, ujung-ujungnya pasti bilang, "Udah lah fix, 2016 nikah!!!"

Riksa juga suka nginep di kamar orang. Kalo ada temen yang borangan tidur sendiri gara-gara nonton film horor, Riksa selalu siap menemani. Asal jangan pas ujian aja. Tapi Riksa bukan cewek bookingan yaa. Omat!!!

Kalo temen (cewek) tiba-tiba nyubit, mukul, atau sekedar noel, Riksa gak pernah marah. Sebaliknya, dia malah pengen terus-terusan dicubit, dipukul, atau ditoel. Kenapa? Soalnya Riksa suka banget dipijitin/diusapin. Jadi, apapun jenis sentuhannya, Riksa selalu mempersepsi bahwa itu adalah sebuah pijitan/usapan.

Kapanpun, dimanapun, Riksa selalu tertawa ceria. Sampe-sampe ada temen yang nanya, kok hidup kamu bahagia banget sih? Kok ketawa kamu lepas banget sih? Kok kamu cantik sih? *eh salah. Sebenarnya bukan gak ada masalah, cuma yaaaaa yaudahlah yah, ngapain galau lama-lama, ngabisin waktu aja.

Sebenarnya masih banyak lagi cerita tentang Riksa yang gak mungkin semuanya ditulis disini. Tapi kalo kamu mau kenal Riksa lebih dalam, mending ikut ngekos aja di kosan 35 hahahaha