Minggu, 26 Juli 2015

Mengecap Manisnya Iman dalam Berteman

Yunus bin 'Abdil A'la berkata, "Asy-Syafi'i berkata kepadaku, wahai Yunus jika engkau punya seorang sahabat yang senantiasa membantumu untuk taat kepada Allah, peganglah erat-erat dirinya. Sebab mendapatkan sahabat yang seperti itu sangatlah sulit, sedangkan melepaskannya amatlah mudah".

Islam adalah agama yang sempurna. Tidak ada satupun perkara yang dibutuhkan seorang hamba dalam meraih maslahat hidup yang belum tersinari cahaya Islam. Tak terkecuali urusan memilih teman. Islam memiliki perhatian besar terhadap urusan ini. Teman memiliki peranan yang sangat besar dalam mengubah kehidupan seseorang. Tidak sedikit orang yang berubah watak, karakter, dan akhlak karena pengaruh teman. Tidak sedikit pula orang yang rusak agamanya karena pengaruh teman. Kalau teman kita baik, sangat diharapkan kehidupan dunia dan akhirat kita juga baik. Namun jika teman kita buruk, jangan terlalu berharap kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Betapa banyak diantara kita yang tidak mendapatkan teman yang baik. Akhirnya mereka pun hidup dalam kesenangan yang semu, menipu, dan fana. Sungguh, manusia itu makhluk yang lemah. Semakin lemah dan semakin lemah keadaannya ketika dia berjalan seorang diri, sementara godaan datang silih berganti. Ujian berupa syubhat dan syahwat terus menyambar kalbunya. Dia sendiri menghadapi ujian tersebut tanpa orang lain yang mengingatkannya. Kira-kira mampukah dia menjalani hidup di atas ridho Allah?

Pada persahabatan sejati, tidaklah seseorang mencintai saudaranya kecuali karena Allah. Ketika harus memberi, ia memberi karena Allah. Demikian pula ketika harus menahan pemberian, ia menahannya karena Allah. Hal ini seperti yang telah dikatakan Rasulullah Saw. bahwa salah satu dari 7 golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali dari sisi Allah adalah, "Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bersatu dan berpisah karena Allah".

"Seseorang itu bergantung pada agama teman dekatnya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya". (HR. Al-Imam Ahmad 2/303, 334, Abu Dawud no. 4812, at-Tirmidzi no. 2484)

Ingatkah kita dengan kisah paman Rasulullah Saw., Abu Thalib? Abu Thalib meninggal di atas kekafiran dan kekal di dalam neraka, padahal hidupnya dipenuhi dengan jasa besar, membela dan melindungi Rasulullah Saw.

Pada detik-detik menjelang kematiannya, Rasulullah Saw. mengatakan, "Wahai pamanku ucapkanlah La ilaha ilallah, kalimat yang dengannya aku membelamu kelak di sisi Allah". Namun sebelum Rasulullah datang, di sisi Abu Thalib telah bercokol Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl. Kedua orang ini terus-menerus menggembosi ajakan Rasulullah Saw. dan membangkitkan semangat fanatisme terhadap ajaran nenek moyang. Keduanya mengatakan, "Apakah engkau benci terhadap agama Abdul Muththalib?" Akhirnya Abu Thalib enggan mengucapkan La ilaha ilallah, dan mati di atas agama Abdul Muththalib (HR. AL-Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah memilihkan untuk kita teman yang saleh, teman yang akan membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yang dengannya kita menjalin pertemanan yang tidak akan putus ditelan zaman, pertemanan yang dibangun di atas kecintaan karena Allah, teman yang akan berkumpul dengan kita di dalam ridho dan surga-Nya. Amin.

Sumber: Majalah Muslimah Qonitah. "Mengecap Manisnya Iman dalam Berteman". Edisi 22/vol. 02/1436H-2015M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar