Sabtu, 06 Juni 2015

Kita memang Berbeda

Rangkaian kata tak mampu melukiskan sebuah rasa
Makna dari cerita yang pernah ada, seolah tak mampu untuk saling menguatkan
Jiwa yang rapuh rasanya semakin rapuh saat aku menjauh
Menjauh karena sebuah larangan, menjauh karena sebuah kewajiban
Alhasil kini kau pun benar-benar pergi
Entah enggan atau memang tak sudi untuk kembali

Tak ada yang tahu, kita sama-sama tidak tahu
Semuanya mengalir begitu saja, serba tiba-tiba
Kita pun saling menebak, saling menyimpulkan, dan akhirnya saling meninggalkan

Kita memang berbeda, entah itu prinsip, cara pandang, maupun gaya hidup
Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah mengizinkan
Entahlah aku jadi ragu, ragu dengan prinsipku
Semakin hari rasanya semakin menggebu
Akupun mencoba mencari titik temu antara harapan dan kenyataan
Aku mencoba bertoleransi dengan diri sendiri, mencoba berpikir realistis dari sikap yang (mungkin) terlalu idealis

Jiwa-jiwa yang gundah, yang bimbang, dan yang rapuh perlahan mati karena sepi
Kosong, hampa tak bermakna
Kadang aku merasa kasihan, tak adakah jalan lain yang lebih adil?
Tak adakah konsekuensi yang lebih realistis untuk dipilih?
Ataukah aku sendiri yang belum tahu tujuannya?

Dalam diam aku mengeluh, dalam diam aku menangis
Lagi-lagi tak ada seorang pun yang tahu
Karena tak ada seorang pun yang aku percaya untuk dapat menyimpan cerita
Akhirnya aku bertanya kepada Dia Yang Maha Tahu
Dan jawabannya adalah...
Sebagai hamba aku hanya bisa menjalani
Tapi suatu saat nanti aku akan menuai hasil yang aku perjuangkan saat ini
Percayalah

~Buanariksa~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar