Jumat, 06 Maret 2015

VMJ

Apa itu VMJ? Mungkin sebagian dari kita ada yang sudah tahu tapi mungkin dari sebagian yang lain ada yang belum tahu. VMJ itu singkatan dari Virus Merah Jambu. Sederhananya VMJ adalah virus yang menjangkit mereka yang sedang jatuh cinta. Pertanyaan selanjutnya, kenapa disebut virus? Bagaimana tidak, orang yang lagi kena VMJ biasanya suka senyum-senyum sendiri, banyak melamun, males belajar, males ibadah, lupa sama Allah, berani bohong sama orang tua, dan segudang efek-efek lainnya.

VMJ erat kaitannya dengan pacaran, meski ada juga yang hanya mencintai diam-diam. Jika aku bertanya, kenapa harus pacaran? Ada banyak jawaban yang mereka lontarkan, aku kan bukan anak kecil lagi, biar dibilang laku, biar ada orang yang sayang sama kita, biar bisa kenal lebih dekat, biar ada penyemangat buat belajar, de el el.

Udah bukan anak kecil lagi? Nah loh situ kan masih pake seragam, uang jajan aja masih minta Mama Papa. Kalo emang udah gede, mending langsung nikah aja gak usah pacaran. Belum kepikiran buat nikah kan? Yaa artinya kamu masih kecil.

Biar dibilang laku? Lah emang situ barang jualan, pengen banget dibilang laku? Justru kalo kamu single, itu menunjukkan tingginya harga diri kamu. Analoginya, kue yang dibeli di toko dengan yang dibeli di emperan. Kalo di emperan kita bisa seenaknya nyomot sana-sini pake tangan kotor. Sedangkan kue yang dijual di toko, buat ngambilnya aja mesti pake penjepit, gak asal comot apalagi dengan tangan kotor. Tuh kue aja punya harga diri, masa kamu kalah sama kue?

Biar ada orang yang sayang sama kita? Lah emang situ gak punya orang tua, sodara, atau sahabat gitu? Biar bisa kenal lebih dekat? Yakin bakal kenal doi lebih dekat? Bukankah dalam pacaran akan saling menutupi kekurangan? Lamanya masa pacaran tidak menentukan langgengnya suatu pernikahan. Sejujur-jujurnya orang dalam pacaran, kekurangan yang ia tunjukkan masih dalam batas kewajaran. Biar ada penyemangat buat belajar? Yakin bisa konsentrasi belajar kalo setiap detik yang dilalui selalu terbayang wajahnya?

Menurut buku yang saya baca, pacaran adalah manifestasi terbesar bagi jiwa-jiwa pengecut. Ia takut untuk menanggung hidup berumah tangga, ia hanya ingin menikmati sisi-sisi indah dalam hubungan yang haram.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al-Isra: 32). Mengapa Allah tidak langsung melarang pada intinya saja, misal “Dan janganlah kamu melakukan zina”? Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Semuanya terjadi karena ada sebab-akibat. Kalo kata Ustadz Felix Siauw, Pacaran memang tak selamanya berujung pada zina, namun semua zina berawal dari pacaran.

Cinta jangan hanya disempitkan dengan kata pacaran. Cinta memang anugerah, tapi Islam punya aturan. Kita yang harus menyesuaikan diri dengan aturan Islam, bukan aturan Islam yang harus menyesuaikan diri dengan keinginan kita. Cinta kepada makhluk Allah memang manusiawi, tapi jangan sampai menjadi syirik kecil. Jangan sampai kita lebih mencintai dia daripada Dia, lebih takut jika dia marah daripada Dia yang marah. Saudaraku, bersabarlah sebentar untuk sesuatu yang besar. Akan ada saatnya ko.

#Wallahualam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar